Rabu, 30 November 2011

Penutup Dinding Non Bata Merah

Batu bata bukan satu-satunya material penutup dinding.

Sudah sejak ratusan bahkan ribuan tahun bata merah yang terbuat dari tanah liat digunakan sebagai penutup dinding bangunan, terutama rumah tinggal. Bahan bakunya mudah diperoleh dan kekuatannya bisa diandalkan. Hanya saja umumnya batu bata atau bata merah masih diproduksi secara tradisional dengan pembakaran seadanya.

Kualitas bahan bakunya juga bisa berbeda-beda tergantung daerahnya. Karena perbedaan bahan baku dan proses pembakaran itu, kualitas batu batanya juga sering tidak konsisten. Begitu juga tingkat presisinya. Terlebih sampai sekarang belum ada standarisasi kualitas untuk material ini. Sebab itu belakangan muncul berbagai penutup dinding alternatif.
Salah satunya adalah bata berairasi atau aerated lightweight concentrate (ALC) yang sering juga disebut bata atau beton ringan. Bata ini berbahan dasar semen plus bahan lain yang diproduksi secara pabrikasi, lalu difermentasi sehingga mengembang seperti roti. Jadi, dengan ukuran hingga 3 – 5 kali bata konvensional, bata kontemporer ini jauh lebih ringan tapi tetap kuat untuk rumah tinggal hingga beberapa lantai.

Kualitasnya terukur, seragam, dan presisi. Pemasangan pun lebih cepat dan rapi dengan semen lebih irit. Produk ALC yang sudah beredar di pasaran antara lain Primacon, Hebel, iBrick, dan LeichtBric. Kami sudah beberapa kali menulis mengenai produk bata ini sebelumnya.

Papan semen
Penutup dinding lain adalah papan semen. Sesuai namanya, bahan bakunya juga semen yang dicetak seukuran papan triplek (1220 x 2240 mm). Kalau dinding dari batu bata dibangun secara bersusun dengan perekat semen, papan semen tinggal ditegakkan dan ditempel pada rangka.

Menurut Henky Soelistyo, Marketing Manager PT Ciptapapan Dinamika, produsen GRC board, salah satu merek papan semen, produknya terbuat dari semen ditambah selulose, serat fiber, dan bahan pengisi (filer) seperti kapur. “Bahan-bahan itu diadon, dibuat lembaran, kemudian di-press. Setelah itu dijemur (curing) dan di-cutting,” jelasnya.
GRC board memiliki beberapa merek untuk aplikasi dinding, lantai, plafon, kolom, dan lisplank. Yaitu SuperPanel, Fiberflat, Fiberplank, SuperPlank, dan FiberLux. Produk sudah halus dan tidak perlu diplamir. Jadi, tinggal di-compound, setelah itu bisa langsung dicat.

“Orang suka terpaku dengan dinding bata, tembok mati. Padahal, untuk dinding ruang dalam misalnya, itu kan hanya sekat. Produk ini sudah cukup. Lebih cepat, lebih praktis, mudah dibongkar dan bisa digunakan lagi,” katanya. SuperPanel dengan ketebalan 9, 12, dan 15 mm bahkan bisa diaplikasikan untuk dinding luar (cladding). Yang tebalnya 12 mm bisa untuk bentangan lebar, sementara yang 15 mm untuk lantai seperti dak beton. Bisa juga sebagai landasan sebelum ditutup keramik. Sementara untuk sekat/dinding ruang dalam cukup pakai papan dengan ketebalan 5 - 6 mm.

SuperPanel dengan ketebalan 9 mm diklaim mampu menahan getaran hingga 44 decibel STC (standard transmition class). Bila dibakar pada suhu 1.200 derajat celcius, suhu sisi papan yang lain hanya 80 derajat celcius. Papan semen ini juga tahan jamur, anti rayap, insulasi suara yang cukup baik, dan bisa digunakan untuk area basah selama tidak direndam air. SuperPanel dengan ukuran 1.220 x 2.440 mm dan tebal 9 mm dijual Rp230.000, yang 12 mm Rp330.000, dan 15 mm Rp440.000. Ada juga aksesorinya seperti compound, GRC tape, sekrup, sampai paku.

Pemakaian penutup dinding ini pada akhirnya memang tergantung selera dan kebutuhan. Bila menginginkan dinding massif yang keras sekali, batu bata tetap lebih cocok. Tapi, bagi yang mengutamakan kecepatan konstruksi dan kepraktisan, juga yang mudah dipindah-pindah (moveable), papan semen mungkin lebih baik.

Papan gipsum
Alternatif penutup dinding berikutnya adalah papan gipsum, terutama untuk dinding ruang dalam. Produk ini disebut juga dry wall system (tembok kering). Papan gipsum (CaSO4 2H20/dihydrates) terbuat dari batuan sedimen yang terbentuk melalui proses alam. Menurut Leo Darmawan, Project & Technical Repsentative PT Siam-Indo Gypsum Industry, produsen Elephant Gypsum, batu gips itu dihancurkan kemudian digiling hingga menjadi serbuk gipsum.

Selanjutnya diberi aditif, dipanaskan, di-mixer, dan diberi lapisan kertas khusus sebagai “kulit“. Produk hampir jadi itu kemudian dipotong (cutting) dan dikeringkan (dryer). “Setelah itu tinggal proses penataan papan dan pengendalian kualitas,“ tuturnya. Papan gipsum memiliki beban seismik yang rendah sehingga lebih aman bila terjadi gempa bumi. Insulasi suaranya lumayan baik, fleksibel untuk dekorasi, pemasangan mudah, cepat, dan bersih. “Bahan gipsum juga mengandung kristal air yang mereduksi panas dari luar sehingga interior bangunan lebih adem,“ katanya

Elephant memiliki tiga tipe: tipe standar untuk plafon atau partisi secara umum, tipe tahan lembab yang dilengkapi kertas khusus dan silikon pada bagian inti papan untuk aplikasi di area basah, dan tipe ekstra tahan api yang dilengkapi dengan fiberglass dan aditif khusus untuk ruang tertentu seperti ruang komputer, ruang arsip, tangga darurat, dan yang sejenis itu.
Produk tersedia dalam ukuran 120 x 240 cm dengan ketebalan 9, 10, 12, dan 15 mm. Untuk partisi gunakan papan dengan ketebalan 12 mm. Bila ada bagian papan yang rusak atau bolong, tinggal ditutup dengan potongan gipsum dan di-compound sebelum dicat.. Papan gipsum Elephant tipe standar dengan ketebalan 12 mm dijual Rp86.000 per lembar. Yudiasis Iskandar

Aplikasi dinding panel
Dinding Panel

Dinding bisa juga dibuat dengan material pasang-bongkar (knock down). Bahannya styrofoam yang dibungkus zincalum. Karena itu produk ini disebut juga sandwich panel karena terdiri dari susunan zincalum-styrofoam-zincalum. Salah satu produsennya adalah PT Aneka Panel Indonesia (API).

Menurut Yoseph Veni Caputra, Architect Engineer API, dengan produk ini pembangunan rumah bisa dilakukan sangat cepat karena pemasangannya sangat praktis, cukup disambung dengan sekrup. “Hasil pekerjaannya juga rapi, mudah dibersihkan, dan tanpa perawatan,“ ujarnya.
API sandwich panel ada dua tipe: standar dan fire retardant (tidak merambatkan api). Lapisan zincalumnya ada yang color ada juga yang natural. Bagian styrofoam-nya hanya lima cm, lebih tipis dari bata sehingga bisa didapat ruang yang lebih luas. API sandwich panel dijual dengan kurs dolar: 29,2 dolar AS untuk partisi dan 29,9 dolar untuk dinding luar (keduanya dalam meter persegi) dengan garansi 10 tahun.

Produk lain adalah Qui Panel yang bisa diaplikasikan untuk dinding, lantai, pintu, atau tangga. Produk ini terdiri dari kulit dan isi. “Kulit atau permukaannya dari lembaran fibersemen, sedangkan isinya dari semen dan styrofoam,“ kata Armeidi, General Marketing PT Qui Panel Indonesia.

Pemasangan dinding dimulai dari sudut dengan diberi lem sepanjang sambungan antar panel. Pasang support sementara dan klem pada panel yang baru terpasang. Lakukan finishing antar panel yang berada di bagian luar, kemudian sisi dalamnya di-sealent atau di-compound. Setelah selesai bisa langsung dicat atau dipasang keramik. Qui Panel memiliki tiga ukuran: 50, 75, dan 100 mm dengan tinggi dan lebar 3.000 x 600 mm. Khusus untuk lantai bisa menggunakan Qui Panel dengan tebal 75 mm. Harganya Rp184.000/m2 untuk ketebalan 50 mm.



Sumber : http://www.housing-estate.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1818&Itemid=69

Tidak ada komentar:

Posting Komentar